RUANG NOSTALGIA

Sabtu, 29 Juni 2013
"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013." 




RUANG NOSTALGIA

Disini semuanya hidup dan bercerita…

Jika bicara tentang cinta, sepertinya terlalu banyak hal yang akan teringkari. Seperti badai yang akan terasa seperti sapuan angin sepoi yang melenakan. Atau teriknya matahari ibarat ruang yang menghangatkan.
Dan jika bicara tentang kehilangan, pastikan kamu sudah bersiap untuk mengikhlaskan. Itu teori, kamu benar!


Pada kenyataanya hari ini aku masih tenggelam dalam sakitku, sejak dia pergi aku seolah menjadi orang asing untuk diriku sendiri. Ini bukti bahwa membawa ruang kosong ternyata lebih berat. Malam ini saja aku harus terbiasa tidur sendiri, tanpa ditemani dan tanpa sebuah lagu yang biasa dia nyanyikan. Benar, bumi memang masih berotasi. Aku masih bisa berdiri, meski di topang dengan mimpi. Dan dia? Entahlah, aku sendiri pun tak tahu kabarnya. Dia sudah pergi dan aku tak bisa menahannya.

Malam menjadi berbeda ketika tanpa pesan darinya, aku menjadi mengerti yang sebenarnya untuk apa rutinitas yang sama setiap harinya, mengirim pesan hanya untuk menanyakan “sudah makan?” atau berpesan “baik-baik ya” ternyata ini yang menjadi salah satu hal yang ku rindukan setelah semuanya hilang. Ah!

Seperti siksa bercampur candu ketika mengingat semuanya,  airmata menjadi bisa ku nikmati sendiri, meski kadang kesedihan membelah hati, namun aku seolah mulai menyukai. Malamku selalu di isi dengan rindu, dan ku pastikan waktu tak pernah alpa membawanya. Aku masih ingat, dia pernah berhutang pada waktu tentang sebuah pertemuan, tapi sebelum pertemuan terjadi dia memilih pergi. Dan aku pernah memberikan seluruh waktuku untuk menunggunya, dan lantas sekarang akan kuberikan waktuku untuk siapa?


Disini, di ruang yang semuanya hidup dan bercerita. Masalalu seolah menari di pelupuk mata, waktu mengajakku bicara dan tunggu! Ada sebuah layar yang sedang menampilkan sebuah film disini, film ini bercerita tentang mimpi melukis pelangi, janji dua orang yang akan saling menggenggam dan tak pernah meninggalkan meskipun badai datang. Aku menangis sejadi-jadinya ketika melihatnya lagi. Setiap lekuk pelangi terasa begitu nyata di pandang, genggaman tangan itu pun begitu mengoyak hati. Saat ini juga ingin rasanya aku menukar cerita, dengan apapun yang bisa membuatnya kembali disini.

Dan malam ini kalau boleh aku menukar rasa, agar pahit tak lagi menyakitkan, agar manis tak lagi menjadi getir yang melenakan. Setelah itu akan ku coba melewati semuanya sendiri, tidak saat ini, namun aku percaya waktu akan bisa membantuku bangkit dan berdiri. Tuhan, bantu aku mengikhlaskan…

Seperti yang pernah ku katakan, awan putih akan tetap ada di atas langit, pelangi akan tetap indah usai hujan reda. Badai akan berlalu pada waktunya, pilihan akan tetap ada dan selalu membuat kita terlena. Bertahan atau pergi adalah pilihan. Memilih pun membutuhkan keberanian, Mencintaimu juga bukan kebetulan. tapi melepaskan adalah hal terberat yang tak bisa aku lakukan…Biarlah saat ini rasaku mengendap dan usang di ruang ini..


Share